REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab
[33] : 21).
Suri teladan yang baik dari beliau itu menyangkut
segala segi kehidupan. Maka, tak ada sesuatu pun dari kehidupan beliau
yang luput dari pantauan sahabat-sahabatnya. Mulai dari hal-hal kecil
hingga hal-hal besar.
Boleh jadi, kesederhanaan beliau
ditinjau dari segi pakaian, perabotan rumah tangga, dan lainnya lebih
sederhana dari sahabat-sahabatnya. Ambil contoh, menyangkut alas tidur
yang biasa beliau gunakan sehari-hari.
Alas tidur beliau sangat
sederhana. Alas tidur beliau berdasarkan catatan yang valid terbuat
dari kulit yang diisi sabut. Berdasarkan catatan lainnya, Umar bin
Khattab RA pernah masuk ke kamar pribadi Rasulullah. Di sana, dia
mendapati beliau tengah tidur di atas tikar terbuat dari pelepah kurma.
Sehingga, terlihat meninggalkan bekas di lambungnya.
Pada
waktu lain beliau tidur beralaskan mantel kasar atau kulit yang
digelar. Ada juga keterangan bahwa beliau tidur di atas “ranjang”
terbuat dari rakitan pelepah kurma atau lainnya yang diikat dengan tali.
Sehingga, terlihat meninggalkan bekas di lambungnya.
Alas
tidur beliau yang sangat sederhana itu tentu saja mengundang rasa
takjub siapa pun yang melihatnya. Bahkan, Umar sampai meneteskan air
matanya saat melihat bekas tikar di lambung beliau. Lalu dia berkata,
“Engkau adalah Rasulullah. Sedangkan kisra dan kaisar tidur di atas
ranjang terbuat dari emas.”
Ketika Adi bin Hatim datang di
Madinah sebagai seorang Muslim, Rasulullah memintanya datang ke rumah
beliau. Maka untuk menghormatinya, beliau memberikan bantal miliknya
kepada Adi. Padahal, tidak ada lagi yang lain di rumah itu selain
bantal tersebut.
Ketika seorang wanita Anshar suatu ketika
masuk ke rumah Rasulullah untuk menemui Aisyah, dia pun geleng-geleng
kepala saat mengetahui kondisi alas tidur beliau. Karena itu, tanpa
diminta dia mengirimkan selembar alas tidur terbuat dari wol. Begitu
beliau melihatnya, Rasulullah memerintahkan Aisyah untuk
mengembalikannya kepada wanita itu.
Ketika Hafshah ditanya
tentang alas tidur Rasulullah, dia menjawab, “Kain wol kasar yang kami
lipat dua. Suatu malam, tebersit di benakku untuk melipatnya menjadi
empat. Ternyata paginya beliau bertanya, ‘Apa yang kau jadikan alas
tidurku tadi malam?’
Aku jawab, ‘Itu adalah alas tidurmu,
hanya saja tadi malam aku lipat menjadi empat. Aku pikir itu akan lebih
nyaman untukmu.’ Sekonyong-konyong beliau bersabda, ‘Kembalikan lagi
ke keadaan semula (dilipat menjadi dua). Ketahuilah, kenyamanannya
telah menghambatku (mendirikan) shalat tadi malam.” (HR Tirmidzi).
Subhanallah wa bi hamdih.
Oleh: Muhammad Yunus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar